Rabu, 28 Januari 2009

Kanker, Kemoterapi

Adaptasi Psikososial Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi
by : Syoviatul Yadaini, S.Kep, Ns


Pendahuluan

Kanker merupakan penyakit yang paling ditakuti dan mencemaskan dari semua penyakit lain. Kanker terkait dengan masalah fisik, nyeri, kesengsaraan, ketakutan akan kematian dan biaya. Hal tersebut dikarenakan pasien yang menderita kanker akan mengalami program pengobatan yang lama dan tidak menyenangkan (Keliat, 1997).

Di negara berkembang kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga, kematian yang disebabkan kanker meningkat dari tahun ke tahun, di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat penderita kanker yang baru dari 100.000 penduduk (Yayasan kanker Indonesia, 2005). Menurut Napalkov (1995), jumlah penderita kanker di dunia mencapai enam juta jiwa dan setiap tahunnya bertambah tiga juta penderita, serta umumnya terdapat kematian penderita kanker di bawah usia 65 tahun. Di Indonesia jumlah penderita kanker juga terus meningkat dalam 20 tahun terakhir. Jenis kanker yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah kanker leher rahim, payudara, paru, hati, nasofaring, prostat, ginjal, leukemia dan kelenjar getah bening (Herla, 2004).

Untuk mengatasi penyakit kanker perlu dilakukan berbagai terapi dan salah satu terapi yang biasa dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi berguna untuk mencegah dan mengurangi pertumbuhan sel yang ganas, sebelum memasuki tahap aman untuk melakukan operasi pada pasien, namun efek samping yang ditimbulkan akibat kemoterapi dapat menimbulkan stress pada pasien (Djoerban, 2004). Kemoterapi yang harus dijalani pasien kanker ditambah lagi dengan prognosa penyakit yang belum jelas dapat menimbulkan perasaan cemas, depresi dan putus asa (Senascu, 1963 dalam Charles, 1992). Selain itu serangkaian terapi yang dilakukan sangat panjang dan melelahkan, merupakan faktor yang secara tidak langsung dapat menjadi suatu penyebab timbulnya stres dan depresi (Litchman et al, 1989 dalam Shelley, 1995).

Akibat adanya stres yang muncul dari kemoterapi, individu akan menggunakan koping yang digunakan untuk merespon stres yang timbul. Dapat dikatakan bahwa penyakit kanker dan kemoterapi yang dijalani merupakan stresor yang besar bagi penderita kanker. Dan stresor tersebut dapat mempengaruhi kemampuan koping dari pasien itu sendiri (Keliat, 1997). Individu yang mempunyai koping yang adaptif akan mampu mengatasi dan menganggulangi stres yang muncul, namun sebaliknya individu yang memiliki koping yang maladaptif akan mengalami stres yang ber kepanjangan (Edgar, 1987, dalam Carry&Watson, 1991).

Dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang tepat, maka perawat harus mampu mengetahui respon adaptasi pasien terhadap perubahan pada diri dan lingkungannya. Tujuan utama perawatannya adalah untuk membantu pasien membangkitkan semangat hidup dan mengembalikan harga diri positif serta melanjutkan produktivitasnya di masyarakat.

2 komentar:

  1. artikel yang bagus buk. makasih banyak atas kunjungannya ke blog gemapasbar

    BalasHapus
  2. wew..sofi..jia doh? Ba baok bahan skripsi tampaknyo ka blog mah.. he..he.. :D
    Dima karajo kini ko?

    BalasHapus